Selasa, 16 Agustus 2011

TEORI PENDIDIKAN DAN KAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI ISLAMI

TEORI PENDIDIKAN DAN KAITANNYA
DENGAN NILAI-NILAI ISLAMI
Oleh : Saiful Bahri Yusuf

A. PENDAHULUAN

1. Pengertian Pendidikan

Undang-undang nomor 2 Tahun 1989 merumuskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 merumuskan bahwa pendidikan merupakan “usaha sadar dan terus menerus untuk mengaktualkan fitrah manusia secara menyeluruh dalam rangka mewujudkan kualitas manusia yang memiliki keungulan kompetitif, baik kualitas iman dan taqwa, ilmu pengetahuan dan teknologi dan akhlakul karimah”. Selanjutnya Undang-undang Nomor 44 Tahun 1999 merumuskan pendidikan daerah adalah “memantapkan iman kepada Allah SWT ilmu dan amal serta membina akhlak, mengembangkan peserta didik dalam upaya meningkatkan mutu kehidupan yang bermartabat sesuai dengan ajaran Islam dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Dari kutipan di atas jelaslah bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, sistematis dan kontiniu untuk mengembangkan potensi peserta didik baik kognetif, affektif maupun psikomotoris” . Kesemuanya itu diterima atau diperoleh dengan menggunakan akal sehat. Firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 19 yang artinya” Hanyalah orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”. Selanjutnya Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 43 yang artinyar ” Tanyalah kepada orang yang mengetahui (berilmu) bila kamu tidak mengetahuinya”.
Dalam pelaksanaan pendidikan selalu beroritansi pada sistem dan teori yang berkembang untuk mencapai tujuan yang diharapkan baik tujuan pengajaran maupun tujuan pendidikan itu sendiri. Adapun teori -teori pendidikan yang berkembang dan telah memberi pengaruh besar terhadap pembaharuan pendidikan yaitu teori empirisme, nativisme, naturalisme, konvergensi, parenialisme, progresifisme, esensialisme dan teori rekontruksionisme yang merupakan hasil penelitian para pakar pendidikan yang telah terbukti kebenarannya. Namun teori -teori tersebut, kemungkinan masih ada yang kurang sesuai dengan pandangan Islam. Atas dasar itulah penulis ingin mengkaji masalah tersebut, sehingga ditetapkan judul makalah ini “ Teori Pendidikan dan Kaitannya dengan Nilai-nilai Islami”
2. Tujuan Pendidikan
Bila pendidikan kita pandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir pendidikan. Suatu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu perwujudan dari nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia yang diinginkan. Nilai-nilai ideal itu mempengaruhi dan mewarnai pola kepribadian manusia, sehingg menggejala dalam prilaku lahiriahnya. Dengan kata lain prilaku lahiriah adalah cermin yang memproyeksikan nilai-nilai ideal yang telah mengaju di dalam jiwa manusia sebagai produk dari proses kependidikan.
Rumusan tujuan pendidikan merupakan pencerminan dari idealitas penyusunannya, baik institutional maupun individual. Oleh karena itu nilai-nilai apakah yang dicita-citakan oleh penyusun dari tujuan itu akan mewarnai corak kepribadian manusia hasil proses kependidikan. Dari berbagai negara atau lembaga, kita dapat memperoleh rumusan tujuan yang berbeda-beda subtansi nilainya.
6. Herbert Spencer mengatakan bahwa tujuan pendidikan itu adalah “ complete living” (hidup yang sempurna), yaitu pencapaian nilai-nilai hidup yang mempunyai keindividualan dan kesosilan.
7. Jean Jacques Rousseau mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu ialah “ harmoniuos self develotment” ( perkembangan diri yang harmonis)
8. M. J. Langeveld memformalsikan bahwa yang menjadi tujuan pendidikan adalah sesuatu keadaan dimana seseorang sudah dapat menentukan memilih sendiri mana yang baik dan mana yang buruk serta dapat mempertanggung jawabkannya.
9. Amerika Serikat yang menjadi pelopor sistem demokrasi liberal di dunia, mengetangahkan tujuan pendidikan pada terbentuknya manusia warna negara yang demokratis, taat kepada peraturan perundangan negara selaku warga negera serta memiliki kompetensi dalam mengelola kehidupan ekonomi yang bernilai cukup tingi.

3. Tujuan Pendidikan Islam
Kongres pendidikan Islam sedunia tahun 1980 di Islamabad menetapkan pendidikan Islam sebagai berikut : “ Pendidikan harus ditujukan ke arah pertumbuhan yang berkeseimbangan dari kepribadian manusia yang menyeluruh melalui latihak spiritual, kecerdasan dan rasio, perasaan dan panca indra. Oleh karenanya maka pendidikan harus memberikan pelayanan kepada pertumbuhan dan perkembangan manusia dalam semua aspeknya yaitu aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, linguistik, baik secar individual maupun secara kolektif serta mendorong semua aspek itu kearah kebaikan dan pencapaian kesempunaan”.
Tujuan akhir pendidikan terletak di dalam sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah pada tingkat individual, masyarakat dan pada tingkat kemanusiaan pada umunya. Menurut rumusan di atas, jelas nampak pada kita bahwa tujuan pendidikan Islam itu tidak sempit, melainkan menjangkau seluruh lapangan hidup manusia yang bertitik optimal pada penyerahan diri manusia kepada khaliknya Allah SWT.
Dalam menetapkan tujuan pendidikan, Islam mempertimbangkan posisi manusia sebagai ciptaan Tuhan yang terbaik dan sebagai khalifah filardhi. Bagitu pula tentang Islam yang rahmatan lil’alamin /universal, “ mengandung ajaran-ajaran yang konkrit, dapat disesuaikan dengan situasi setempat dan dengan kebutuhan zaman”. Muhammad Athiyat Al Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam” At Tarbiyah Al Islamiah wa falsatuha “, antara lain :
1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Isalam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam Buistu Li utammima Makarimal Akhlak, dan bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan sebenanya.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja, dan tidak hanya segi keduniaan saja, tetapi ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan seperti telah dikatakan.

Para pendidik muslim untuk menguatkan tujuan ini dapat dikaitkan dengan firman Allah dan sabda Rasulullah SAW antara lain :
a. Surat At-Tin, ayat 4 yang artinya “ sesungguhnya telah kami ciptakaan manusia itu dalam sebaik-baik bentuk (kejadian)”
b. Surat Al-An’am, ayat 165 yang artinya “ Dialah yang menetapkan kamu menjadi khalifah-khalifah dimuka bumi dan ditinggikannya sebagian kamu dari pada yang sebagian beberap derajat untuk mencobaimu dari hal apa saja yang diberikannya padamu….”
c. Surat Adfz-Dzariat, ayat 56 yang artinya “ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”
d. Surat Al-An’am, ayat 162 yang artinya “ Sesungguhnya salatku dan ibadahku, dan hidup matiku hanyalah bagi Allah pendidik sekalian alam”
e. Surat At-Tharim, ayat 6 yang artinya “ hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka”.

Selanjutnya Sabda Nabi Muhammad SAW antara lain adalah sebagai berikut :
a. Artinya “ bekerjalah untuk dunia mu seakan-akan engkau akan hidup selama-lamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati brsok”
b. Artinya “ barang siapa menginginkan dunia (kabahagian hidup di dunia), maka hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barang siapa menmghendaki akhirat (kebahagian hidup di akhirat ), hendaklah ia menguasai ilmunya, dan barang siapa menghendaki keduanya, maka hendaklah ia menguasai ilmu keduanya”

Kita sampai kepada kesimpulan bahwa bila para ahli pendidikan merumuskan tujuan umum pendidikan, hanya melihat dari aspek-aspek kemampuan kejiwaan anak didik yang diarahkan atau ditumbuh kembangkan kearah kederwaan/kematangan. Tujuan penddidikan Islam tekanan pada kemampuan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan potensi pribadi, sosial dan alam sekitar bagi kesejahteraan hidup di dunia sampai dengan akhirat.
Kalau pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi yang sejahtera baik dalam dimensi bernegera maupun bermasyarakat, maka pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai transendental, bukan insidental atau aksidental didunia, yaitu kebahagian hidup setelah mati.
Jadi nilai-nilai yang hendak diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah berdimensi transidental (melampaui wawasan hidup duniawi) sampai keukhrawi dengan meletakkan cita-cita yang mengandung dimensi nilai duniawi sebagai sarananya. Kehdupan di dunia merupakan sawah ladang yang harus dikelola sebaik-baiknya untuk dimanfaatkan sebagai sarana mencapai kebahagiaan hidup di akhirat nanti.
B. PEMBAHASAN
1. Teori Empirisme
Teori empirisme yang dipelopori oleh John Looke dari Inggris Tahun 1632 – 1704 mengajarkan bahwa” perkembangan pribadi ditentukan oleh faktor lingkungan”, sehingga dikenal sebagai teori ” Tabularasa” , yang berarti anak yang lahir bagaikan kertas putih, tetapi lingkunganlah yang mengotorinya. Nabi Muhammad SAW bersabda yang maksudnya ” Setiap anak yang dilahir bersih (fitrah) bagaikan kertas putih, tetapi yang memajusi dan menasranikan anak tersebut adalah orang tuanya”. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap anak yang lahir yang mengotori atau merusah anak tersebut adalah lingkungan terutama lingkungan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa teori ini sesuai dengan pandangan Islam.
2. Teori Nativisme
Teori nativisme yang dipelopori oleh Arthur Schopenhauer Tahun 1788-1860 dari Jerman. Menurut teori ini pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan, sehingga teori ini dikenal sebagai filsafat idealisme yang menganggap perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh faktor hereditas, faktor dalam yang berarti kodrati. Menurut pandangan Islam menusia dapat diprngasruhi oleh pengaruh dari luar dirinya, seperti situasi . Hal ini sesuai dengan Sabda nabi Muhammad SAW yang maksudnya ” Bisa saja kemiskinan itu akan membuat sesorang menjadi kekufuran”. Dengan demikian teori ini kurang sesuai dengan pandangan Islam.
3 Teori Naturalisme
Teori naturalisme yang dipeloporasi oleh J.J. Rousseau tahun 1712-1778 dari Perancis. Menurut teori ini ” Semua adalah baik pada waktu baru dari datang dari tangan Sang pencipta, tetapi semua menjadi buruk di tangan manusia”. Russeau berpendapat bahwa semua anak yang baru lahir mempunyai pembawaan yang baik. Namun pembawaan yang dibawa sejak lahir itu menjadi rusak oleh tangan manusia. Firman Allah dalam surat A-Tiin ayat 4 yang artinya”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Dengan demikian teori ini relavan dengan pandangan Islam
4 Teori Konvergensi
Teori konvergensi yang dipelopori oleh Wiliam Stern Tahun 1871 –1938, menurut teori ini perkembangan pribadi sesungguhnya proses kedua fasktor yaitu faktor intern ( potensi heraditas) dan faktor ekstern ( lingkungan) baik lingingan keluarga, masyarakat maupun sekolah. Firman Allah dalam surat Ai-Ankabut ayat 43 yang artinya ” Tidaklah mereka mampu menalar, kecuali orang yang berilmu”. Dipihak lain Nabi Muhammad SAW menegaskan yang maksudnya ”Menuntut ilmu dari ayunan sampai keliang lahat” .
Selanjutnya Nabi bersabda yang artinya ” Siapa yang ingin memperoleh kebahagian hidup di dunia dengan. Barang siapa yang ingin peroleh kebahagian hidup diakhirat dengan ilmu dan barang siapa ingin mengeroleh kebahagian keduanya juga dengan ilmu” , kemudian beliau menegaskan” sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang paling banyak manfaatnya untuk manusia”. Firman dan hadits ini menunjukkan bahwa pentingnya ilmu menurut konsep Islam yang diperoleh dari berbagai lingkungan melalui akal. Dengan demikian faktor intern dan ekstern mempengaruhi kehidupan manusia untuk menuntut ilmu ,maka teori ini sesuai dengan pandangan Islam.
5. Teori Perenialisme
Teori perenialisme dipelopori oleh Robert M. Hutehis dan Adler tahun 1936.
a. Teori ini mempnunyai 6 macam prinsip adalah :
1. Meskipun lingkungan berbeda, hakikat manusia tetap sama dimana-mana, karena itu pendidikan haruslah sama unuk semua orang. Nabi Muhammad SWA bersabda yang artinya” Tuntutlah Ilmu walau ke negeri Cina”.
2. Karena akal pikiran adalah atribut manusia yang tertinggi, ia harus mernggunakan akal pikirannya dalam bertindak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
3. Tugas pendidikan adalah untuk memberi pengetahuan tentang kebenaran. Firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 104 yang artinya ” Hendaknya ada diantara kamu kelompok manusia yang menyeru kebaikan”.
4. Pendidikan bukanlah kehidupan yang palsu atau meniru-meniru kehidupan (imitation of life), tetapi adalah suatu persiapan untuk hidup.
5. Kepada siswa harus diajarkan pelajaran-pelajaran dasar tertentu yang akan memperkenalkan mereka dengan kelanggengan dunia ini.
6. Siswa haruslah mempelajari ilmu pengetahuan yang bermafaat dan benar. Firman Allah dalam surat Al-Ashr ayat 3 yang artinya ” Dan mereka saling nasihat menasihati supaya (mentaati0 kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran”
b. Pandangan Teori perenialisme tentang :
1. Dunia : bersifat dualistis yaitu dunia materi dan rohani atau jiwa ( Plato dan Aristoteles)
2. Manusia : manusia adalah binatang berakal budi, yang dengan pengembangan potensi-potensi rasionalnya, dapat benar-benar menjadi ” manusia”. Firman-Nya dalam surat Al-Sajdah ayat 7-9 yang artinya” Yang mambuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan memulai ciptakan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari sari pati mani. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniup ke dalam (tubuh)nya roh ciptaan-Nya dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur”. Firman Allah dalam surat Al-Hujuraat ayat 13 yang artinya” Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari serang laki-laki, seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal”. Pandangan ini, kurang relevan.
3. Teori pengetahuan: (1) melatih jiwa untuk berfikir secara logis, (2) memperkenalkan siswa pada inti kebudayaan Barat dan (3) melatih siswa menggunakan prinsip-prinsip kebenaran
4. Nilai-nilai : mementingkan penghargaan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai kebenaran Dan kebaikan dan kepada orang-orang yang mewakili/ menganjurkan nilai-nilai tersebut
5. Teori pendidikan : pendidikan adalah mendisiplinkan seseorang dimana potensi akal budinya dapat dikembangkan.
6. Manusia dan masyarakat : dalam hubungan dengan masyarakat, manusia dan masyarakat mempunyai peranan yang kecil dari alam semesta. Kebudayaan yang berbeda-beda dipandang kurang berarti.
Berdasarkan pandangan teori ini terhadap manusia adalah binatang berakal budi, kurang sesuai dengan pandangan Islam.
6 Teori Esensialisme
Teori esensialisme berkembang pertama kali di Amerika yang dipelopori oleh William C. bagley, Thomas Briggs, Arthur Bestor dan Mortimer Smith.
a. Prinsip teori ini terhadap nilai-nilai pendidikan adalah :
1. Belajar pada hakekatnya meruapak suatu pekerjan yang berat dan sering tidak ingin digunakan.
2. Inisiatif dalam pendidikan harus ada pada guru bukan pada murid.
3. Sekolah hendaklah memperhatikan menggunakan cara-cara tradisional mengenai disiplin mental.
4. Pengetahuan pada hakikatnya abstrak dan tidak dapat dipecah-pecah menjadi masalah-masalah yang terpisah.
b. Pandangan Teori essensialisme tentang :
1. Dunia : melihat dunia sebagai dunia materi
2. Manusia : manusia adalah anggota masyarakat yang produktif dan berfungsi dan terlihat terutama dari pekerjaan dan oleh kemampuan dibidang materil. Manusia adalah pekerja, bukan terutama sebagai pemikir.
3. Teori pengetahuan : pengetahuan adalah “know how”, isinya fakta-fakta yang banyak beroriantasi pada yang praktis, keterempilan yang perlu untuk pekerjaan, dan keberhasilan dibidang keuangan dalam hidup. Pendidikan kejuruan diutamakan.
4. Nilai-nilai : bertolak dari nilai-nilai etika protertan, mementingkan kerja keras kompetisi, keberhasilan materil juga patriotisme, hukum dan kesatuan kerja sama.
5. Teori pendidikan : pendidikan adalah menanamkan nilai-nilai kebudayaan pada murid, melatih mereka pada keterampilan-keterampilan khusus untuk dapat bekerja sebagai anggota masyarakat yang produktif merupakan tujuan pendidikan yang lebih diumatamakan.
6. Manusia dan masyarakat : menusia mengisi kehidupannya dengan keberhasilan memiliki kedudukan yang baik dalam masyarakat. Ia tidak memikirkan dan menciptakan sesuatu yang baru untuk masyarakat. Sifat-sifat penting yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat ditentukan oleh generasi tua.
Dari prinsip dan pandangan teori ini masih banyak yang kurang sesuai bahkan bertentangan dengan pandangan Islam
7. Teori progresif
Teori progresif yangd ipelopori oleh jhon Dewy dan Wiliam James pada 1915 di Amerika Serikat.
a. Prinsip Teori progresif terhadap pendidikan yaitu :
1. Pendidikan harus merupakan kehidupan itu sendiri, bukan suatu persiapan untuk hidup.
2. Belajar haruslah secara langsung berhubungan atau berkaitan dengan minat murid-murid.
3. Belajar melalui pemcehan masalah (problem solving) haruslah lebih diutamakan dari pada penguasaan materi pelajaran
4. Perenan guru bukanlah memberi pengarahan-pengarahan tetapi memberi nasehat-nasehat yang diperlukan.
5. Sekolah haruslah menggalakkan kerja sama dan bukan kompetisi
6. Hanya dengan cara-cara demokrasi yang dapat memungkinkan pikiranpikiran dan kepribadian berkembang secara bebas.
b. Pendangan teori progresifisme tentang :
1. Dunia : dunia materi yang terus berubah secara progresif menjadi lebih baik
2. Manusia : manusia dipandang sebagai makhluk yang aktif, berkerja sama untuk memperoleh tata sosial yang lebih baik. Manusia melihat dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya.
3. Teori pengetahuan : perlu berpikir ilmiah dengan cara induktif, manusia belajar dengan memecahkan problem-problem melalui coba-coba salah (treal and errol) belajar adalah suatu proses” rekontruksi”, dimana manusia memberi arti kepada setiap pengalamanya dan mengontrol pengalamannya untuk kepentingan kehidupannya masa depan.
4. Nilai-nilai : Nilai bersifat relatif, tidak mutlak. Mengembangkan nilai pragmatif dengan cara treal and errol. Prioritas diletakkan pada nilai ilmiah dan proses demokrasi serta usaha kooperatif untuk membangun masyarakat yang lebih baik
5. Teori pendidikan : sekolah dipandang sebagai bentuk kecil dari masyarakat dimana melalui sekolah, unsur-unsur, proses dan nilai-nilai dalam masyarakat itu dapat diuji secara kritis, sehingga dengan demikian dapat diadakan reformasi terhadap masyarakat itu agar menjadi lebih baik.
6. Manusia dan masyarakat : manusia idividu bekerja dalam masyarakat secara demokratis untuk mencapai tujuan-tujuannya. Masyarakat harus sepenuhnya terbuka sehingga semua orang dapat berpartisipasi untu kelangsungan kemajuan masyarakat itu.
Dengan memperhatikan prinsip dan pandangan teori ini secara mendalam, jelaslah bahwa teori ini kurang sesuai dengan pandangan Islam
8 Teori Rekontruksionisme
Teori rekontruksionisme dipelopori oleh Jhon Dewy pada tahun 1920, dipandang sebagai aliran terbaru dalam filsafat pendidikan, namun pengikut aliran ini berpendapat bahwa mareke adalah pendukung progresifisme yang konsekwen. Karena mereka bertujuan untuk membangun kembali masyalrakat dan mengatasi krisis kebudayaan yang sedang berlangsung. Lembaga pendidikan (sekolah) menurut mareka harus mampu mengadakan penafsiran kembali nilai-nilai dasar peradaban terutama peradaban Barat sehingga sesuai dengan pancaran ilmu pengetahuan kurun ini.
a. Ide pokok teori rekotruksinisme tentang pendidikan antara lain :
1. Pendidikan harus bertujuan menciptakan sosial orde yang baru (tata sosial yang baru).
2. Masyarakat baru seharusnya masyarakat yang benar-benar demokratis, dimana para pekerja yang mengawasi semua lembaga dan sumber-sumber yang penting.
3. Anak, sekolah dan pendidikan dipengaruhi oleh kekuatan-keuatan sosial dan kebudayaan. Sekolah harus membantu seseorang untuk belajar bagaimana harus berpartisipasi dalam perencanaan sosial.
4. Guru harus menyakinkan murid-muridnya akan kebenaran dan pentingnya perubahan (pikiran-pikiran rekontruksionisme), tetapi dengan menghargai prosedur demokrasi.
5. Alat dan tujuan pendidikan harus dirubah seluruhnya untuk dapat memenuhi tuntutan kebudayaan sekarang dan haruslah sejalan dengan hasil-hasil yang dicapai dalam ilmu tentang tingkah laku.
Dari ide teori ini jelaslah bahwa tidak menjurus kepada pembentukan masyarakat madani. Dengan demikian teori ini masih kurang sesuai dengan pandangan Islam.





























C. PENUTUP
1. Kesimpulan
• Pendidikan adalah merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, sistematis dan kontiniu untuk mengembangkan potensi peserta didik baik kognetif, affektif maupun psikomotoris .
• Firman Allah dalam surat Ar-Ra’d ayat 19 yang artinya” Hanyalah orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran”. Selanjutnya Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 43 yang artinya ” Tanyalah kepada orang yang mengetahui (berilmu) bila kamu tidak mengetahuinya”.
• Adapun teori-teori pendidikan yang berkembang dan telah memberi pengaruh besar terhadap pembaharuan pendidikan yaitu teori empirisme,nativisme, naturalisme, konvergensi, parenialisme, progresifisme, esensialisme dan teori rekontruksionisme yang merupakan hasil penelitian para pakar pendidikan yang telah terbukti kebenarannya.
• Hasil kajian terhadap delapan teori pendidikan ada tiga teori yang sesuai dengan pandangan Islam dan lima teori pendidikan masih ada hal-hal yang kurang sesuai dengan pandangan Islam. Adapun teori pendidikan yang sesuai dengan pandangan Islam adalah : teori empirisme, naturalisme dan teori kovergensi. Sedangkan teori pendidikan yang masih ada hal-hal kurang sesuai dengan pandangan Islam adalah Nativisme, peranialisme, esensialisme, progresifisme dan rekotruksialisme
• Konsep Islam tentang pendidikan antara lain :
1) perintah Allah yang pertama kepada manusia adalah mencari ilmu pengetahuan, sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al’Alaq ayat 1-5 yang artinya” Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Paling Pemurah yang mangajar manusia dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui”.
2) Menuntui Ilmu tidak ada batas waktu, tempat dan jenis kelamin sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW yang artinya” Tuntutlah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat”, dihadis yang lain beliau menegaskan yang maksudnya ” Tuntutlah ilmu walapun ke negeri Cina”. Selanjutnya Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya Menuntut ilmu wajib (fardhu) bagi laki-laki dan wanita”.
3) Pandangan Islam terhadap orang yang berilmu dan beriman akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang artinya ” Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang yang diberilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
2. Rekomendasi
• Tuntutlah ilmu setinggi-tinginya, tetapi diamalkan. Kerena ilmu tanpa amal bagaikan kayu tak berbuah dan beramal tanpa ilmu sia-sia
• Menuntut ilmu itu wajib, karena beribadah tanpa ilmu sia-sia (agama tidak membernar taqlt terus-menuerus) dan orang - orang bodoh menjadi santapan orang – orang yang pandai, sehingga pujangga Arab mengatakan tidaklah yatim sesorang karena meninggal dua orang tua, tetapi yatim sesorang tidak mempunyai ilmu dan adab.
• Dengan ilmu seseorang menjadi pemimpin, tetapi ingat setiap yang dipimpin akan dipertanggung jawabkan dihadap Allah SWT nantinya.
• Untuk memperoleh kebahagian hidup dunia dengan ilmu, kebahagian akhirat dengan ilmu dan kebahagian keduanyapun dengan ilmu. Oleh kerane jadikanlah diiri kita semua bagaikan orang yang haus terhadap ilmu, orang yang sedang menuntut ilmu selalu dalam lindungan Allah dan diberikan berbagai kemudahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar